Pemanfaatan Teknologi dalam Usaha Peternakan Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri

Pemanfaatan Teknologi dalam Usaha Peternakan Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri

Aktivitas dan Pencapaian SDGs , Penelitian dan Inovasi , Prestasi 29 Juli 2024 Dilihat 125 kali

Pemanfaatan Teknologi dalam Usaha Peternakan Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri

Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri, Universitas Jayabaya tidak hanya unggul dalam bidang akademik, tetapi juga menunjukkan kreativitas dalam menerapkan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah di dunia nyata. Salah satu contohnya adalah pemanfaatan teknologi dalam pengembangan usaha peternakan yang inovatif.

Di musim kemarau, keterbatasan pakan seringkali terkendala sehingga cost dan efisiensi waktu yang dikeluarkan membengkak. Maka dari itu, sekelompok mahasiswa Fakultas Teknologi Industri membuat inovasi mesin pencacah rumput untuk membuat pakan silase (fermentasi). Dengan adanya teknologi tersebut, peternakan Anjangsana Farm tidak hanya menjual domba saja melainkan memiliki produk samping seperti silase dan pupuk.

Cara kerjanya, terdapat bahan rumput dan limbah pertanian dipotong menjadi bagian kecil dengan saringan yang ada pada mesin agar mudah dicerna, kemudian dicampurkan dengan bahan-bahan yang lain. Lalu, ditutup rapat agar tidak tumbuh jamur dan tunggu hingga 21 hari agar pakan memiliki nilai kandungan nutrisi yang lebih tinggi.

 

Pemanfaatan Teknologi dalam Peternakan

Penerapan teknologi dalam peternakan memberikan berbagai manfaat, antara lain:

  • Peningkatan Produktivitas: Teknologi dapat membantu meningkatkan produktivitas ternak dengan memberikan kondisi yang optimal untuk pertumbuhan.
  • Pengurangan Biaya Produksi: Otomatisasi dan pemantauan data dapat mengurangi biaya operasional peternakan.
  • Peningkatan Kualitas Produk: Dengan pengendalian kondisi lingkungan yang lebih baik, kualitas produk peternakan dapat ditingkatkan.
  • Pelestarian Lingkungan: Teknologi dapat membantu mengurangi dampak negatif peternakan terhadap lingkungan, misalnya dengan pengelolaan limbah yang lebih baik.

Sejak teknologi ini diciptakan, tidak ada lagi pengeluaran yang biasanya digunakan untuk membayar tukang arit. Pengeluaran tersebut berbanding dengan tidak menggunakan mesin, pengeluaran yang dipakai untuk membayar tukang arit berkisar di antara 1,2 juta hingga 1,8 juta perbulan.

Meskipun memberikan banyak manfaat, pemanfaatan teknologi ini menghadapi beberapa rintangan mulai dari ketersediaan infrastruktur, karena tidak semua daerah memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendukung penerapan teknologi. Kemudian, sumber daya manusia yang perlukan harus kompeten untuk mengoperasikan dan memelihara teknologi. 

Namun, tantangan ini juga membuka peluang untuk pengembang inovasi baru. Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri terus berupaya untuk mengembangkan teknologi yang lebih terjangkau dan mudah digunakan sehingga dapat lebih banyak diakses oleh peternak.

Share:
Info